Bisnis  

Naura Ayu Anggap Istilah Aura Maghrib Rasis dan Tak Menghargai Umat Muslim

Riki Prayoga

Istilah ‘Aura Maghrib’ belakangan kerap menjadi sorotan di kalangan masyarakat Indonesia. Netizen sering menggunakan istilah ini sebagai sindiran terhadap artis-artis yang memiliki warna kulit gelap. Awalnya, istilah tersebut digunakan sebagai candaan ringan, namun seiring berjalannya waktu, candaan tersebut berubah menjadi hujatan bagi beberapa artis terkenal seperti Fuji, Mayang, dan Shenina Cinnamon.

Penggunaan ‘Aura Maghrib’ dalam konteks pelecehan mulai mencuat ketika Shenina dinilai tidak cocok memerankan karakter Aurora dalam serial ‘Dia Angkasa’. Kritik ini muncul karena Shenina, yang memiliki kulit sawo matang yang eksotis, dianggap sangat jauh berbeda dari karakter Aurora yang digambarkan sebagai sosok dengan kulit putih pucat. Hal ini menimbulkan polemik terkait persepsi berlebihan mengenai warna kulit dan stereotip kecantikan yang tidak seimbang.

Mengamati dampak negatif yang ditimbulkan oleh istilah ‘Aura Maghrib’, beberapa selebriti Indonesia mulai memberikan suara mereka terkait isu ini. Mereka mengecam penggunaan istilah tersebut sebagai bentuk diskriminasi dan menyuarakan perlunya menghargai keragaman warna kulit serta menolak segala bentuk prasangka negatif berdasarkan penampilan fisik. Diskusi pun semakin berkembang untuk menciptakan kesadaran akan pentingnya menghormati perbedaan dan memerangi perilaku merugikan yang bisa mengecilkan martabat seseorang berdasarkan warna kulitnya.

Marion Jola pernah membela Fuji yang diberi julukan “aura maghrib” oleh netizen. Dia merasa heran dengan penggunaan kata “Maghrib” sebagai istilah untuk mengomentari penampilan seseorang, mengingat waktu Maghrib dianggap indah bagi umat Muslim.

naura ayu (2)

Naura Ayu turut mengungkapkan pandangannya terkait isu tersebut. Dia merasa prihatin karena waktu Maghrib, yang seharusnya merupakan saat untuk melaksanakan sholat bagi umat Muslim, kini digunakan sebagai plesetan negatif dalam komentar-komentar. Naura Ayu menyampaikan rasa sedihnya terhadap kebiasaan memanfaatkan waktu-waktu sholat sebagai bentuk ejekan, seperti dalam kasus “aura maghrib” yang kemudian diikuti dengan “aura isya”.

Dalam sebuah cuitan yang dikutip dari akun pribadinya, Naura Ayu mengekspresikan keprihatinannya terkait fenomena ini, di mana banyak orang cenderung menggunakan waktu-waktu sholat sebagai bahan plesetan negatif. Hal ini menggambarkan bagaimana istilah sehari-hari yang seharusnya sakral seperti “aura maghrib” menjadi terdistorsi dan dianggap sebagai sesuatu yang berkonotasi negatif.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!