Pandji Pragiwaksono mendapat sorotan publik karena perdebatannya dengan host Total Politik, Arie Putra dan Budi Adiputro, mengenai dinasti politik menarik perhatian masyarakat. Pandji dengan tegas menolak praktik dinasti politik, menganggapnya sebagai ancaman bagi prinsip-prinsip demokrasi. Pandji seringkali memberikan pandangan kritis terhadap praktik dinasti politik, sehingga menjadi sorotan dalam diskusi tersebut.
Dalam perdebatan tersebut, Arie Putra menanyakan kepada Pandji mengapa ia terlihat sensitif terkait isu dinasti politik, sambil menyatakan bahwa itu adalah hak warga negara untuk memilih apakah mendukung dinasti politik atau tidak. Pernyataan tersebut mengejutkan Pandji, yang kemudian mengungkapkan kekagetannya dengan reaksi singkat “Pfft, (are) you saying this?,” menyoroti perbedaan pendapat mereka terkait masalah ini. Pandji menegaskan sudut pandangnya dengan tegas.
Arie Putra kemudian mengutip pendapat Mahkamah Konstitusi yang membenarkan praktik dinasti politik, mengungkapkan bahwa aturan ini pernah digugat dan diterima oleh MK. Pernyataan Arie tersebut menambah kompleksitas debat antara mereka. Pandji pun tidak puas dengan penjelasan tersebut, ia kembali menegaskan keyakinannya bahwa dinasti politik seharusnya tidak diterapkan, meminta pendapat lebih lanjut dari Arie Putra dan Budi Adiputro.
Dalam perbincangan lanjutan, Pandji masih mempertahankan pendiriannya yang menentang dinasti politik. Meskipun Arie Putra mengacu pada keputusan Mahkamah Konstitusi yang memperbolehkan dinasti politik, Pandji tetap kokoh dalam pendiriannya. Diskusi ini mencerminkan perbedaan pandangan yang mendalam dalam masyarakat mengenai isu dinasti politik, yang terus menarik perhatian publik.
Pandji, sebagai sosok yang kritis terhadap praktik dinasti politik, berusaha untuk memberikan argumen yang kuat dalam perdebatan tersebut. Diskusi yang intens antara Pandji, Arie Putra, dan Budi Adiputro mencerminkan kompleksitas isu politik dinasti dalam konteks demokrasi. Perdebatan tersebut tidak hanya mempertegas pendirian Pandji terhadap dinasti politik, tetapi juga menyoroti ruang untuk diskusi lebih lanjut mengenai implikasi praktik tersebut terhadap sistem politik sebuah negara.
“Gw gak nanya MK, gw nanya lu,” tegas Pandji, menekankan pentingnya dialog langsung antara individu. Pandji mencoba mempertegas bahwa dalam percakapan ini, fokusnya adalah pada lawan bicaranya, bukan pada institusi tertentu.
“Gua sebagai warga negara konstitusional, dong. Gua berbicara hak warga negara. Gua punya opini, gua Asian values,” ungkap Arie, menegaskan identitasnya sebagai warga negara yang memiliki hak untuk berpendapat dan berpegang pada nilai-nilai Asia. Arie menegaskan bahwa pandangannya didasarkan pada hak-hak warga negara yang termaktub dalam konstitusi.
“Tapi lu punya opini kan? Opini lu apa,” timpal Pandji, menanggapi pernyataan Arie dan mengajaknya untuk berbagi pendapat secara terbuka. Pandji ingin mendengarkan sudut pandang Arie terkait isu yang sedang dibahas.
Pandji kemudian meminta ketegasan Arie Putra dan Budi Adiputro mengenai hal sensitif terkait dinasti politik. “Menurut lu Dinasti politik salah atau tidak?,” tegas Pandji, memberikan pertanyaan yang membutuhkan jawaban tegas dan jelas terkait pandangan mereka terhadap fenomena dinasti politik.
“Ini human rights (hak asasi manusia),” jawab Arie, merujuk pada kerangka hak asasi manusia yang perlu diperhatikan dalam konteks dinasti politik. Arie mencoba mengaitkan isu dinasti politik dengan hak-hak dasar manusia, menunjukkan kompleksitas dan implikasi sosial yang melibatkan aspek-aspek hak asasi manusia dalam konteks politik.