Bisnis  

Komeng Bercanda di Postingan Duka Abdel

Riki Prayoga

Komedian Komeng mendapat sorotan dan kritik yang meluas setelah mencampurkan rasa duka dengan candaan dalam sebuah postingan terkait dengan Abdel Achrian. Keisha Aliyya Wulandari, putri sulung Abdel Achrian, baru saja meninggal dunia pada Senin (10/4/23) karena sakit. Unggahan momen kehilangan putri Abdel ini diposting olehnya di akun Instagram pribadinya, di mana ia membagikan gambar pusara sang putri beserta dengan doa untuk arwah anaknya.

Abdel Achrian menuliskan rasa duka yang mendalam dalam unggahan tersebut, dengan mengunggah potret pusara Keisha Aliyya Wulandari dan menyampaikan doa untuk sang putri yang telah berpulang. “Innalillahi Wainna Ilaihi Rojiun, telah berpulang putri kami, Keissha A. Wulandari, kemarin tanggal 10 April 2023 jam 16.00 dikarenakan sakit, dan telah dimakamkan hari ini. Terimakasih atas perhatian dan kami mohon doanya untuk almarhumah,” tulis Abdel, sebagaimana dilansir oleh MNC Portal Indonesia pada Selasa (11/4/23).

Unggahan tersebut kemudian menjadi perhatian publik setelah Komedian Komeng menyampaikan rasa duka dengan candaan, yang kemudian menuai kritik tajam dari berbagai kalangan. Kejadian ini menjadi kontroversi dan menunjukkan perlunya sensitivitas dan kebijaksanaan dalam menyikapi momen-momen duka serta mengungkapkan rasa simpati kepada orang-orang yang sedang berduka atas kehilangan yang mereka alami.

Kritik yang terus mengalir menunjukkan bahwa dalam situasi kehilangan dan duka yang mendalam, sikap empati, penghormatan, dan kesantunan sangatlah penting. Hal tersebut mencerminkan bagaimana tata krama dan ketulusan dalam menyampaikan rasa simpati dapat memberikan dukungan dan penghiburan kepada orang-orang yang sedang berduka, serta menjauhkan dari kemungkinan ditanggap tidak pantas atau kasar dalam situasi yang sensitif seperti kehilangan seseorang yang dicintai.

Unggahan yang mengundang ucapan duka dari netizen dan rekan selebritis, termasuk komedian Komeng, menimbulkan kontroversi setelah Komeng menuliskan komentar yang dianggap tidak pantas di tengah momen duka Abdel. Dalam komentarnya, Komeng seolah-olah membuat candaan yang dianggap tidak tepat, menyebut bahwa istrinya tidak memasak sehingga ia pernah mengalami kesulitan dalam memberi makan anak perempuannya. Komentar ini menimbulkan reaksi negatif dari netizen, termasuk di media sosial Twitter.

Sebagian netizen mengecam Komeng atas candaannya yang dianggap kurang pantas dalam situasi yang sedang penuh duka. Beberapa di antaranya menilai bahwa candaan tersebut tidak tepat dan tidak pantas dilontarkan pada momen seperti itu. Akun Twitter @par*** mengungkapkan, “Apa sih nggak lucu banget komeng, situasinya nggak tepat banget buat bercanda.” Netizen lainnya juga menambahkan kritik terhadap Komeng, seperti akun @mus*** yang menulis, “Sempat-sempatnya bang Komeng komen begitu.”

Terkait komentar tersebut, beberapa netizen memilih untuk mengecam Komeng, menilai bahwa candaannya tidak pantas dan kurang sensitif terhadap situasi yang sedang berduka. Komentar tidak senonoh dari Komeng dianggap kurang empati dan menimbulkan reaksi negatif dari sebagian besar masyarakat online. Sebaliknya, ada juga warganet yang melihat candaan Komeng sebagai hal yang tidak perlu diambil terlalu serius dalam momen yang sedang berlangsung.

Reaksi beragam dari masyarakat terhadap komentar Komeng mencerminkan perbedaan pendapat dan pandangan dalam menghadapi candaan yang dianggap tidak pantas. Meskipun sebagian netizen mengecamnya, ada juga yang mengambil sikap yang lebih santai terhadap situasi tersebut. Kontroversi yang dihasilkan dari komentar Komeng menyorot pentingnya sensitivitas dan empati dalam memberikan ucapan atau komentar, terutama dalam situasi yang sedang berduka.

Penting untuk memperhatikan konteks dan sensitivitas dalam memberikan komentar, terutama di media sosial yang dapat menjadi arena bagi reaksi luas dari masyarakat. Kritik yang diterima oleh Komeng dapat menjadi pelajaran bagi kita semua untuk lebih bijak dalam menyampaikan pendapat dan ucapan, terutama dalam situasi yang membutuhkan kepekaan dan empati. Melalui kontroversi ini, masyarakat dapat belajar untuk lebih memperhatikan kata-kata yang diungkapkan, terutama dalam momen-momen yang penuh emosi dan duka.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!