Marion Jola memulai perjalanan karirnya di dunia musik Indonesia setelah mengikuti audisi Indonesian Idol musim kesembilan pada tahun 2017. Suara khasnya yang memikat langsung memukau pendengar dan mendapat tempat di hati banyak orang. Namun, Lala, panggilan akrabnya, mengungkapkan bahwa ia pernah mengalami star syndrome, di mana dirinya merasa menjadi pusat perhatian publik secara berlebihan. Pengalaman ini terutama terjadi ketika ia ikut serta dalam Indonesian Idol pada masa itu.
Keberhasilan Marion Jola dalam ajang Indonesian Idol membawanya semakin dikenal oleh publik. Videonya selama audisi seringkali menjadi trending di berbagai platform media sosial, menambah popularitasnya. Kesuksesan ini membawa dampak yang tak terduga, di mana Marion secara tiba-tiba merasakan gejala star syndrome yang membuatnya lebih fokus pada perhatian yang diterimanya dari masyarakat.
Dalam sebuah wawancara di Podcast Praz Teguh di kanal Youtube Deddy Corbuzier, Marion Jola mengakui bahwa ia benar-benar merasakan gejala star syndrome dengan kuat. Ia tercengang dengan seberapa cepat popularitasnya meroket setelah mengikuti Indonesian Idol, hingga membuatnya merasa seperti seorang yang sangat terkenal. Trending di YouTube dan berbagai pemberitaan media membuatnya semakin terjebak dalam dunia sorotan publik.
Marion Jola mengakui bahwa pengalaman tersebut membawanya pada kesadaran akan pentingnya menjaga diri dan mengendalikan perasaan. Meskipun telah meraih popularitas yang besar, ia belajar dari pengalaman tersebut dan terus berusaha memperbaiki diri dalam menangani dampak dari sorotan publik. Artis muda ini merangkul proses belajar dan perkembangan pribadi sebagai bagian penting dari perjalanan kariernya dalam industri musik Tanah Air.
Imbas dari sindrom bintang yang ia alami adalah Lala merasa terdorong untuk menggunakan riasan tebal setiap kali ia keluar. Menurutnya, penampilan yang memesona adalah suatu keharusan saat berada di luar rumah karena telah banyak orang yang mengenalnya. “Saya merasa perlu berdandan tebal setiap saat, saya ingin berteman dengan orang-orang terkenal. Saya mengakui, saya kaget dengan Jakarta. Sebagai anak SMA yang hanya terbiasa dengan lingkungan Kupang, pergaulannya itu-itu saja,” ungkapnya.
Meskipun pernah menjadi selebgram yang populer di kelahirannya, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan sudah dikenal oleh banyak orang, Lala tetap merasa perbedaan signifikan saat ia dikenal melalui Indonesia Idol. “Sebagai selebriti, saya hanya terkenal di Kupang. Jadi, meskipun saya cukup dikenal di sana dan memiliki banyak penggemar, namun situasinya berbeda ketika dikenal melalui Indonesia Idol. Saya seperti memiliki banyak penggemar namun juga banyak kritik dan kebencian dari orang-orang,” jelas Lala.
Lala mengungkapkan bahwa ia merasa tekanan untuk selalu tampil sempurna di depan publik karena bayangan selebritasnya masih melekat pada identitasnya. Pandangan orang-orang terhadapnya sebagai bintang dari Kupang memberikan beban tersendiri baginya, dengan campur aduk antara dukungan dan kritik yang ia terima. Meskipun telah meraih popularitas di daerah asalnya, ia harus berhadapan dengan tantangan baru ketika terkenal di tingkat nasional.
Kesuksesan dan ketenaran Lala memberikan sorotan pada kesulitan yang ia hadapi dalam menavigasi perbedaan antara citra lokal dan nasional. Meskipun dikenal luas di Kupang, statusnya sebagai vokalis Indonesia Idol membawa perubahan dalam persepsinya tentang popularitas dan kritik yang datang bersamanya. Hal tersebut membuka jendela pandangan baru bagi Lala tentang bagaimana ia memandang dirinya sendiri dalam dunia hiburan yang semakin luas dan kompleks.
Zaman dulu, status selebgram belum begitu dikenal secara luas sebagai profesi yang dapat dipahami oleh banyak orang. Di masa itu, dia memulai perjalanan sebagai selebgram tanpa bantuan siapapun. Awalnya, saat menjadi selebgram, ia menghadapi banyak kritik dan cacian yang kadang membuatnya sulit. Karirnya sebagai selebgram dimulai di Kupang, tanpa pengalaman bernyanyi secara profesional sebelumnya, dan baru memasuki dunia menyanyi secara serius setelah mengikuti Indonesian Idol.
Bahkan ketika pertama kali memulai karir sebagai selebgram, ia menghadapi banyak kritik dari haters di masa itu. Dalam perjalanannya, ia mulai merintis karir selebgram sejak awal di Kupang, tanpa pengalaman menyanyi secara profesional. Sebelum mengikuti Indonesian Idol, dia hanya bernyanyi di kamar mandi dan membuat cover lagu bersama teman-temannya.
Sebagai seorang yang memulai karir dari dunia selebgram, ia mengalami banyak tantangan di awal karirnya. Awalnya, dia memulai sebagai selebgram di Kupang tanpa latar belakang menyanyi secara profesional. Baru setelah terjun ke Indonesian Idol, ia mulai mengeksplorasi bakat menyanyinya dengan serius setelah sebelumnya hanya bernyanyi di kamar mandi dan membuat cover lagu bersama teman.